Kehadirannya di medio 2012 ternyata cukup mendapat perhatian , hal inilah yang membuat Sandra’s Project dan team menyempatkan diri berkunjung ke sana untuk memenuhi rasa ingin tahu apa yang membuat tempat ini begitu menarik minat banyak orang.
Terletak di Jalan Cut Mutia Bekasi , membuat lokasinya cukup mudah untuk di cari, hanya memakan waktu kurang dari 10 menit untuk mencapai tempat ini bila kita keluar dari exit tol Bekasi Barat. Namun untuk Sabtu atau Minggu mungkin akan lebih baik di sediakan extra waktu tempuh.
Area parkir yang cukup luas dan nyaman merupakan 1 poin plus pertama yang bisa kita dapatkan dari tempat ini, sedangkan hal yang lainnya ? silahkan terus membaca review di bawah ini 🙂
Gedung Magnolia dengan luas 396 M2 merupakan gedung dua lantai yang menjadi gedung utama dari Kirana Sport Center. Bangunan baru dengan design simple modern ini memberikan kesan mewah dan nyaman ketika kita melangkahkan kaki ke dalamnya. Suasana ruangan di lantai satu ini terkesan terang dengan design jendela besar sehingga cahaya luar dapat dengan bebas masuk menerobos ke dalam menerangi setiap sudutnya.
Area duduk yang terdapat di dalam gedung ini dapat pula kita tata ulang sehingga kita mempunya satu ruangan extra yang elegant dimana kita dapat melangsungkan akad nikah .
Selanjutnya … menaiki tangga menuju lantai 2 maka kita akan mendapatkan ruangan utama dari gedung Magnolia sebagai ruang resepsi indoor dengan kapasitas 800 orang tamu (standing party) atau 150 orang (sitting dinner / round table). Ruangan ini terkesan kokoh dan megah agak sedikit berbeda dengan ruangan utama dari gedung gedung pernikahan yang memang di design khusus untuk resepsi pernikahan. Beberapa pemandangan luar yang menarik akan dapat kita jumpai seperti yang terlihat di dalam foto foto di di bawah ini. Ruangan ini dilengkapi pula dengan fasilitas sound system & mixer, satu kamar besar bersekat sebagai ruang rias juga panggung pelaminan berukuran 10M x 4M x 30 cm
OUT DOOR ….. FRESH ….. ROMANTIC hal ini yang seketika terlintas dalam imaginasi Sandra’s Project ketika melihat area luar pada KIRANA SPORT CENTER ini. Dengan desain dekorasi yang sesuai ditambah sentuhan lampu lampu kecil untuk melengkapi suasana dan setting music yang mendukung. Romantic Wedding Pool Side Party berkapasitas 1000 orang dapat Anda selenggarakan di sini :).
Demikian sekilas informasi yang dapat Sandra’s Project bagi dengan Anda mengenai pilihan tempat baru di Bekasi, semoga dapat bermanfaat.
Salam Hangat,
Sandra
Pada bahasan kali ini Sandra’s project akan mengulas mengenai dekorasi pernikahan. Dekorasi tidak kalah pentingnya dengan gedung, catering dan busana/make up pengantin. Dekorasi akan meninggalkan kesan, bukan hanya bagi tamu undangan tapi juga bagi pengantin itu sendiri. Pada moment yang berbahagia tersebut dekorasi juga dapat menunjukkan tema acara pernikahan yang anda inginkan. Apakah anda menginginkan pesta terkesan glamour, elegant dan mewah, klasik, simple, hangat, modern atau kental dengan adat. Semua itu dapat terlihat dari dekorasi yang anda pilih dalam pesta pernikahan anda.
Salah satunya contoh yang akan kami perlihatkan adalah dekorasi pernikahan jawa natural yang dilaksanakan di auditorium gedung Manggala Wanabakti. Gedung dengan kapasitas 600 – 1500 undangan tersebut di tata menjadi ruangan yg memberikan kesan kental adat jawa.
Ada beberapa unsur yang menjadi ciri khas dalam dekorasi tradisional perkawinan jawa, yaitu gebyok atau pintu ukiran jawa. Gebyok kerap menjadi centerpiece dalam pelaminan. Unsur lainnya juga bisa berupa jendela kayu ukir,lemari lemari jawa atau lampu natik jawa.
Seperti gambar-gambar yang terlihat di bawah ini tempat penerima tamu menggunakan meja kayu berukir, serta gebyok khas jawa menjadi background tempat penerima tamu tersebut., kain-kain batik juga menyelimuti meja pemanis menuju ke gedung pernikahan Untuk memberikan kesan natural terdapat banyaknya bunga serta adanya dekorasi taman yang berisi beberapa pepohonan.
Sisi kanan dan kiri jalan menuju ke pelaminan terdapat bunga-bunga yang tertata sangat cantik di dalam pot. Dekorasi pada pelaminan juga terlihat kental nuansa jawa natural yaitu dengan adanya gebyok serta bunga- bunga menghiasi pelaminan. Sisi kanan serta kiri pelaminan terdapat meja yg di tutupi dengan kain batik serta terdapatnya pajangan sepasang pengantin jawa, di permanis dengan adanya lampu etnik meja.
Dekorasi untuk catering pun terlihat sangat cantik, nperpaduan nuansa berwarna cokelat dan emas di tambah dengan adanya dekorasi berbentuk pohon beserta bunganya. Sedangkan untuk dekorasi meja VIP terlihat cantik dengan nuansa warna yang sama yaitu cokelat dan emas, serta terdapatnya vas bunga di setiap meja makan.
Pada bahasan kali ini Sandra’s Project akan mengulas mengenai dekorasi pernikahan. Dekorasi tidak kalah pentingnya dengan gedung, catering, serta busana/make up pengantin. Dekorasi akan meninggalkan kesan, bukan hanya untuk para tamu yang hadir tetapi juga untuk pengantin itu sendiri. Pada moment berbahagia tersebut dekorasi juga dapat menunjukkan tema acara pernikahan yang Anda inginkan.
Kali ini Sandra’s Project dipercayakan untuk mendesain dan mendampingi dalam pernikahan yang digelar oleh kedua keluarga besar Thya dan Sandhy. Upacara pedang pora menjadi acara utama yang mengisi rangkaian resepsi pernikahan Thya dan Sandhy
Upacara Pedang Pora merupakan tradisi di lingkungan Perwira yang telah lulus dari akademi militer, akademi angkatan laut, akademi angkatan udara dan akademi kepolisian. Meski hampir sama, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Makna dari upacara ini yaitu memberikan penghormatan kepada seorang perwira yang sedang melangsungkan pernikahan. Upacara pedang Pora menggambarkan secara simbolis saat seorang Perwira memasuki gerbang atau gapura kehidupan rumah tangga dan melepas masa lajangn ya untuk mengarungi mahligai rumah tangga.
Kelengkapan yang dibutuhkan diantaranya kalungan bunga (melati/anggrek), hand bouquet, kaos tangan, lilin bor putih/ merah jambu beserta tempat lilinnya, baki berlapis taplak, kadga (pedang pendek), pedang, seperangkat pakaian bayangkari/ persit, teks mc dan puisi. Perlengkapan ini harus disesuaikan dengan tradisi masing-masing kesatuan/ angkatan.
Untuk prosesi ini diperlukan pula beberapa orang yang nantinya akan berpartisipasi dalam upacara. Beberapa petugas itu, antara lain satu pasukan pedang, inspektur upacara, komandan upacara, perwira upacara, pembawa puisi, pembawa acara, pembawa baki, pembawa lilin serta operator musik. Personal ini pun disesuaikan dengan prosesi yang menjadi tradisi setiap keturunan.
Pemilihan upacara tergantung pada situasi dan keinginan mempelai yang merupakan alumni akademi dari masing-masing akademi dan masing-masing angkatan. Begitu juga musik yang digunakan dalam prosesi. ini Namun prinsip dan aturan dasar pelaksanaan upacara ini tetaplah sama.
Pelaksanaan Upacara Pedang Pora
Pada pernikahan Thya dan Sandhy, upacara pedang pora dilaksanakan pada pukul 11.00 setelah mereka melangsungkan akad nikah di gedung yang sama yaitu gedung Puri Ardhya Garini, Halim, Jakarta Timur. Keluarga, sanak saudara serta para tamu undangan turut hikmat dalam upacara tersebut.
Di awali dengan masuknya pasukan pedang pora beserta mempelai menempati posisi persiapan yang telah ditentukan, selanjutnya setelah laporan dari komandan upacara kepada mempelai pria dilakukannya prosesi gerbang pora. Pedang pasukan pora mulai terhunus. Sementara kedua pengantin berjalan tegap dan hikmat. Sandhy nampak gagah dengan baju kebesaran seorang perwira, sementara Thya terlihat anggun dengan kebaya warna merah marron gold. Pedang terhunus melambangkan bahwa dengan bersikap dan berjiwa ksatria kedua mempelai akan selalu siap untuk mengatasi segala rintangan dan menerobos semua hambatan yang akan menghalangi kehidupan mereka. Adapun formasi dua syaf berhadapan melambangkan pintu gerbang yang akan mereka lalui merupakan awal suka dan duka dalam menempuh kehidupan yang baru.
Dilanjutkan dengan payung pora, terlihat pedang membentuk payung kedua mempelai berada di tengah-tengah pasukan pedang pora. Formasi ini mengandung makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup akan selalu ingat dan memohon petunjuk serta perlindungannya.
Setelah Gerbang Pora serta Payung Pora, upacara dilanjutkan dengan bunga oleh Inspektur Upacara kepada mempelai pria, penyerahan buket bunga oleh Ibu kepada mempelai wanita, penyerahan baju Bhayangkari oleh ibu kepada mempelai wanita, serta penyerahan Pedang perwira oleh Inspektur Upacara kepada mempelai pria.
Acara berlanjut dengan pembacaan ikrar wira satya, saat tersebut kedua mempelai pun berdiri berhadapan saling berpegang tangan, mendengar dengan hikmat ikrar yang dibacakan oleh mc. Setelah ikrar selesai mempelai pun berjalan menuju pelaminan, dilanjutkan dengan acara foto bersama pasukan pedang pora, inspektur upacara serta orang tua. Foto bersama selesai, orang tua, inspektur upacara serta pasukan pedang pora kembali pada posisi semula.
Acara pedang pora pun telah selesai, selanjutnya acara ramah tamah bersama para undangan di mulai. Di iringi oleh mini chamber, acara pernikahan Thya dan Sandhy terlihat begitu hangat, megah dan penuh dengan keakraban. Ditambah dengan rancangan tim Sandra’s Project dalam mendekorasi gedung menjadi indah serta megah.
Selamat berbahagia untuk Thya dan Sandhy, semoga makna dari acara Pedang Pora dapat terwujud dalam mahligai rumah tangga kalian. Terima kasih telah mempercayakan Sandra’s Project dalam mendesain dan mendampingi kalian pada hari yang berbahagia ini.
Panggih dalam bahasa Jawa berarti bertemu, merupakan budaya tradisional yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Maknanya agar pasangan yang baru menikah dapat menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan bahagia dan sejahtera diiringi restu dari kedua orang tua serta sanak saudara. Biasanya upacara ini dilakukan di rumah pengantin wanita.
Perlengkapan yang dipakai dalam upacara ini diantaranya : Pisang Sanggan, terdiri dari buah pisang raja, suruh ayu (daun sirih yang masih segar), gambir, kembang telon (3 macam bunga : mawar, melati, dan kantil), lawe wenang (benang warna putih untuk mengikat daun sirih) diletakkan pada nampan terhias daun pisang melambang kemantapan pengantin menjalani pernikahan yang suci.
Kembar mayang rangkaian hiasan yang terdiri dari dedaunan terutama daun kelapa yang ditancapkan ke sebuah batang pisang yang daun tersebut dirangkai dalam bentuk gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung.
Selain itu juga terdapat daun beringin, nanas, melati, padi, kapas, cengkir dimaknakan agar perjalanan hidup kedua mempelai lancar tidak menemui halangan dan rintangan sehingga cepat mencapai kebahagiaan hidup. Gantal (daun sirih yang sudah di ikat oleh benang). Ranupada (tempat mencuci kaki) yang terdiri gayung, bokor, baki, bunga sritaman dan telur untuk acara ngindak endog. Beras, koin, biji-bijian,kantung dari kain, kain sebesar taplak untuk Kacar kucur. Nasi beserta lauk pauk untuk Dulangan.
Setelah akad nikah di laksanakan kedua keluarga besar mempelai bersiap-siap untuk menjalani prosesi upacara panggihan.
Pengantin pria bersiap di tempat yang telah ditentukan, sedangkan pengantin wanita berada di dalam kamar pengantin. Orang tua pengantin wanita sudah siap menyambut kedatangan pengantin pria.
Penyerahan Pisang Sanggan
Upacara panggih diawali dengan penyerahan pisang sanggan yang diberikan kepada pihak mempelai wanita dari pihak mempelai pria.
Liron Kembar Mayang
Kemudian dilanjurkan dengan saling menukar kembang mayang antara kedua mempelai yang diwakili oleh saudara-saudara mereka dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.
Gantel atau Lempar Sirih
Kedua pasangan ini saling melempar sirih yang telah diikat oleh benang berwarna putih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
Ngidak Endhog (Menginjak Telur)
Acara dilanjutkan dengan menginjak telur ayam yang dilakukan oleh pengantin pria kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita.
Sindur dan Timbangan
Menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan dipegang oleh ayah pengantin wanita untuk menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup. Selanjutnya kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.
Minum Air Degan
Pengantin minum air kelapa dimana air kelapa menjadi lambang air suci, dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segalanya dan bahagia lahir batin.
Kacar Kucur
Pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya (beras, serta biji-bijian). Di tampung di kantung yang terbuat dari kain, yang bermakna bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga. Kemudian kain itu diikat lalu diserahkan kepada ibu pengantin wanita memiliki makna membantu orang tua.
Dulangan
Pengantin pria membuat nasi kepal tiga kali lalu menyuapinya ke pengantin wanita, maknanya adalah perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan.
Mapag Besan
Orang tua pengantin wanita menjemput orang tua pengantin pria atau besan. Mapag besan memiliki makna kerukunan antar keluarga kedua mempelai.
Sungkeman
Acara terakhir ditutup dengan acara sungkeman. Kedua mempelai berlutut atau jongkok didepan orang tuanya sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.
—
Selesai sudah Upacara Panggih, terima kasih telah mempercayakan Sandra’s Project untuk mendampingi pengantin beserta keluarga besar dalam ritual warisan nenek moyang kita.
Kali ini Sandra’s Project mendapat kepercayaan dari Esti, Juan dan keluarga besarnya untuk mendesain paket pernikahan yang akan berlangsung malam hari di Persada Halim Sport’s Club. Kami dengan senang hati membantu mewujudkan keinginan kedua keluarga, dan memastikan segalanya berjalan lancar hingga acara selesai.
Ketegangan dan kecemasan adalah hal yang normal terlihat pada calon mempelai pria sesaat menjelang akad nikah. Itu juga yang tersirat pada wajah Juan ketika menanti waktu akad nikah dimulai. Sementara sang calon mempelai wanita, dengan penuh haru meminta izin kepada ayahandanya untuk dinikahkan dengan si pujaan hati.
Setelah mengucap ijab kabul, sah lah sudah Juan dan Esti menjadi suami istri. Lega dan gembira terlihat pada raut keduanya saat dengan bangga menunjukkan buku nikah mereka.
Kasih dan restu Ibunda menyertai sepanjang nyawa di badan. Untuk itu hormat disujudkan Esti kepada kedua orang tua setelah akad nikah. Dengan harapan doa dan kasih mereka akan selalu mengiringinya dalam menempuh hidup baru dalam bahtera rumah tangga. Demikian juga ikhlas dan restu yang diberikan Ayahanda Juan pada putranya.
Rangkaian upacara Sawer diadakan sesaat setelah akad nikah berakhir, sebagai wujud cinta kedua keluarga besar pada budaya Sunda yang sudah berlangsung turun temurun.
Persada Halim Sport Club Jakarta dengan dekorasi di malam hari merupakan salah satu pilihan venue pernikahan yang patut dipertimbangkan, karena terlihat cantik dan megah dalam komposisi dekor yang di design oleh team Sandra’s Project.
Mang lengser, Pembawa Payung dan para Penari Merak adalah pengiring barisan kirab pengantin yang banyak di pakai pada acara pernikahan adat Sunda.
Selalu menyenangkan melihat bagaimana pesta yang didesain dapat membuat mempelai dan keluarga besarnya rileks, nyaman dan menikmati hari bahagia mereka. Juan membawakan sebuah lagu untuk sang istri tercinta menambah maraknya suasana pesta pada malam itu.
Sekali lagi selamat berbahagia Juan dan Esti! Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan pada Sandra’s Project untuk mendampingi pada hari istimewa kalian 🙂
Pasangan Dinna dan Firman mengawali sesi pertama pemotretan indoor di Bella Rosa, Kemang. Nuansa gelap dengan sentuhan asesories berwarna merah terang yang memberi kesan glamour retro, dipilih oleh pasangan ini.
Dengan memanfaatkan interior ruangan-ruangan di Bella Rossa yang unik, pilihan busana yang tepat dan arahan dari fotografer kami, terekamlah suasana romantis dan elegan sepanjang sesi pemotretan yang berlangsung dari pagi hari.
Ada kebanggaan dan rasa senang tersendiri bila dapat mengabadikan hal-hal atau hobi yang kita suka. Motor Harley dan Firman adalah hal yang sulit dipisahkan. Mengendarai Harley merupakan kesenangan yang biasa dilakukan pasangan muda ini. Foto bersama motor kesayangan-pun menutup sesi pemotretan kami.
Demikian sekelumit cerita dibalik pemotretan foto pre-wedding Firman dan Dinna. Ekspresi alami pada semua pose yang ditangkap oleh kamera mengungkapkan lebih dari kata-kata yang bisa dirangkai.
Sampai jumpa di pemotretan foto pre-wedding lainnya!
Siraman adalah upacara adat ritual warisan nenek moyang kita yang mengandung banyak falsafah di dalamnya. Dalam tiap langkah pada prosesi siraman dimaknakan agar para calon pengantin membersihkan diri dan hati sehingga semakin mantap untuk melangsung pernikahan esok harinya. Pada upacara yang lebih bersifat intern ini seluruh keluarga besar berkumpul, berbagi suka, memberikan doa restu dan dukungan moral pada sang calon pengantin untuk memasuki fase baru dalam kehidupannya.
Perlengkapan acara Siraman terdiri dari: Gayung Siraman, untaian padi kuning keemasan yang menyertai gayung tersebut melambangkan merunduk dan mengayomi keluarga. Bubur Sengkolo memiliki arti sebagai penolak bencana sehingga semua dapat berjalan lancar; Selain itu terdapat rebusan umbi umbian yang tumbuh dalam tanah (lebih dikenal dengan nama polo pendem) dimaknakan agar rumah tangga yang nanti akan dibina oleh sang pengantin akan mempunyai pondasi yang kuat.
Terdapat pula rangkaian buah kulit; Kendi air siraman tempat air kucuran wudhu; Tumpeng Robyong yang bermakna harapan akan keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan; Tumpeng untuk acara suapan terakhir; serta tidak ketinggalan Kreweng, yaitu uang dari tanah liat yang akan digunakan untuk membeli cendol dalam acara “dodol dawet“.
Yang perlu dipersiapkan juga yaitu mangkuk air bunga dan gunting untuk upacara potong rambut setelah siraman, serta sekop mini penggali lubang untuk upacara tanam rikmo (tanam rambut). Apabila si empunya hajat menyediakan tanda mata (souveneer) bagi para sesepuh yang nanti akan menyirami atau untuk para undangan acara siraman, sebaiknya juga telah dipersiapkan.
Kegiatan diawali dengan menyiapkan air siraman yang berasal dari 7 sumber ke dalam gentong. Sumber air siraman biasanya diambil dari rumah besan, rumah pini sepuh, dan rumah adat yang kemudian diaduk dengan campuran bunga.
Sambil menunggu calon mempelai puteri bersiap-siap untuk siraman, sang Ayah melakukan pemasangan bleketepe (anyaman daun kelapa) sebagai tarub pada gerbang rumah. Pemasangan tarub dimaknakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajat mantu di rumah yang bersangkutan.
Tata cara memasang tarub adalah sang Ayah menaiki tangga, sementara Ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan bleketepe. Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
Sejarah mengenai kegiatan pemasangan tarub ini dimulai pada saat Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu. Dengan diberi ’payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung menjadi luas dan menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ’tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya.
Setelah selesai memasang tarub, kain penutup tuwuhan di kedua sisi gerbang masuk di buka. Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan agar dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
Acara siraman diawali dengan sungkem calon pengantin kepada orang tua untuk mohon doa restu. Setelah itu calon pengantin dibimbing ke tempat siraman yang sudah disiapkan.
Siraman dimulai dari kedua orang tua pengantin diikuti oleh pini sepuh yang telah dipilih. Air wudhu lalu dikucurkan oleh sang ayah dari kendi siraman. Kemudian kendi dipecahkan oleh kedua orang tua sebagai tanda pecahlah pamor sang anak sebagai wanita dewasa dan memancarlah sinar pesonanya.
Acara potong rambut, diikuti dengan menggendong ananda ke dalam rumah melambangkan kasih sayang orang tua yang senantiasa mengiringi anaknya sampai detik terakhir menjelang tahap baru kehidupan sang anak.
Sementara menunggu calon pengantin wanita berganti busana, seluruh keluarga berkumpul menyiapkan tumpeng untuk acara suap-suapan di akhir acara. Adik-adik tercinta lalu membagikan uang kreweng untuk digunakan pada acara jual cendol (dodol dawet).
Makna dodol dawet diambil dari cendol yang berbentuk bundar, diartikan sebagai lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan anaknya. Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan kreweng (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi.
Yang melayani pembeli adalah ibu sedangkan yang menerima pembayaran adalah ayah. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah, bahwa sebagai suami istri harus saling membantu. Dibalik itu ada juga makna jenaka dari acara ini, yaitu simbolisasi kalau esok hari pada saat akad nikah dan resepsi, tamu-tamu yang datang akan sebanyak dan seramai jualan cendol/dawet tersebut!
Selanjutnya upacara dilanjutkan dengan tanam rikmo/rambut oleh orang tua. Yang ditanam adalah potongan rambut kedua calon mempelai, dilakukan setelah wakil keluarga calon pengantin wanita kembali dari kediaman calon pengantin pria dengan membawa potongan rambut.
Pelepasan Ayam Jantan hitam merupakan prosesi selanjutnya yang berarti bahwa orang tua sudah dengan sepenuh hati ikhlas melepas putrinya untuk hidup mandiri. Bagaikan Ayam yang begitu dilepas sudah dapat mencari/mengais makanan sendiri, diharapkan untuk ke depannya sang anak dapat hidup mandiri, memperoleh rejeki yang luas dan barokah.
Di penghujung acara, calon pengantin wanita yang telah berganti busana menerima uang kreweng hasil penjualan dodol dari Ibunda. Melambangkan pengajaran sang Ibu tentang bagaimana hidup mandiri dan mengatur nafkah pada kehidupan perkawinan. Suapan terakhir dan cium sayang dari kedua orang tua mengakhiri rangkaian acara siraman adat Jawa ini.
Di pagi hari yang cerah, bapak dan ibu Karsono didampingi oleh seluruh keluarga besar dengan rasa hangat menyambut kedatangan Bayu, calon mempelai pria dan keluarganya untuk melangsungkan acara akad nikah.
Suasana penuh haru dirasakan oleh semua yang menjadi saksi acara ketika Tyas sang mempelai wanita meminta ijin dan doa restu kepada ayahanda untuk dinikahkan dengan pilihan hatinya.
Genggaman tangan antara Bayu dan ayahanda Tyas mengakhiri semua penantian dan ketegangan yang mengiringi sampai pada acara ini. Dengan mantap dan penuh keyakinan Bayu mengucapkan ijab kabul, diikuti oleh kalimat syukur yang menggema didalam ruangan. Alhamdulillah, sah!
Lembaran baru bahtera rumah tangga telah dibuka. Tyas mencium tangan Bayu sebagai tanda hormat istri kepada suami. Cincin pernikahan pun disematkan, semoga mengikat keduanya hingga akhir hayat. Amin :).
Resepsi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa digelar di Auditorium Manggala Wanabhakti. Seluruh keluarga tampak tersenyum bahagia. 35 pasang among tamu termasuk pagar ayu dan pagar bagus siap menyambut para undangan. Mempelai wanita tampak anggun dan ayu dalam balutan dodot Kanigaran Jogjakarta, sementara mempelai pria begitu gagah disampingnya.
Tarian Sekar Puri yang dibawakan oleh 6 orang penari membuka resepsi. Kata sambutan yang telah disiapkan oleh team Sandra’s Project dibacakan oleh wakil keluarga untuk menyambut para tamu, disusul dengan doa.
Lelahnya menjalani prosesi pernikahan selama 3 hari tidak menyurutkan senyum bahagia kedua mempelai.
Selamat untuk Tyas dan Bayu. Terimakasih atas kepercayaan yang sudah diberikan kepada Sandra’s Project untuk mendampingi pada peristiwa bahagia ini 🙂